Saturday, 17 November 2012

Kaum Santri "Meretas Perbedaan"



Keberagaman ditengah-tengah kehidupan merupakan sebuah warna tersendiri bagi para kaum santri, apalagi dalam kehidupan para kaum santri mempunyai corak pandang disetiap diri pribadi masing-masing. Sehingga perbedaan ditengah-tengah kehidupan para kaum santri dapat dikatakan salah satu cerminan, bahwa perbedaan corak pandang adalah rahmat, kata inilah yang menjadi kata mujarab  dalam meretas segala bentuk perbedaan, agar tidak terjadi sebuah penyelesaian dalam bentuk perbedaan yang menyimpang dari pranata sosial.

Memang perbedaan adalah rahmat, apabila para kaum santri mampu mengamalkan ajaran agama Islam secara benar, tetapi apabila ajaran agama Islam sudah terbawa memasuki dalam wilayah tetentu, bahkan memasuki wilayah intrik yang tidak pernah berkesudahan, maka yang terjadi dalam kehidupan para kaum santri akan mengalami konflik intern. Inilah bentuk peristiwa yang harus dihindarkan para kaum santri, bahwa perbedaan corak pandang jangan sampai menjadi sebuah azab maha dahsyat bagi kehidupan para kaum santri.

Para kaum santri mempunyai kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, bahwa para kaum santri harus kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Hadits, sebagai jawaban atas sebuah perbedaan yang terjadi dalam kehidupan para kaum santri, agar para kaum santri dalam memahami berbagai realita kehidupan dapat mencapai titik kemaslahatan secara kafah ditengah-tengah keberagaman.

Pemahaman ke-Islaman para kaum santri sudah semestinya mampu menyerap kebenaran secara hakiki, bukan pemahaman secara parsial, apalagi sampai mengakibatkan berbagai tafsir yang menyesatkan umat, maka sebaiknya para kaum santri, untuk lebih mengedepankan musyawarah dalam mencapai kata mufakat,  apabila terdapat multi tafsir yang membahayakan bagi keutuhan umat, dan tentunya para kaum santri harus kembali kepada sumber pokok ajaran Islam, yaitu: Al-Qur'an dan Hadits.

Dengan perbedaan corak pandang para kaum santri yang tak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, tetapi semua walau terdapat berbagai perbedaan corak pandang, tentu harus lebih mengedepankan dalam bentuk musyawarah, untuk mencapai mufakat yang berpegang pada falsafah Jawa "tepa selira", agar terhindar dari segala bentuk opini yang tidak sehat, maka perlu ada sebuah bingkai keberagaman kaum santri dalam mengedepankan legowo (saling menerima) dengan jalan mengedepankan kepentingan yang lebih luas lagi.

Tindak kekerasan dalam segala bentuk apapun, bukanlah jalan arif dan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah perbedaan, tetapi memang terkadang tidak menutup kemungkinan jalur kekerasan dijadikan salah satu alternatif, namun semua bentuk kekerasan seminimal mungkin harus dihindarkan, agar pertumpahan darah tidak terjadi dalam menanggapi sebuah perbedaan. Karena perbedaan adalah rahmat bagi kehidupan para kaum santri.

Perbedaan paradigma pemikiran dalam kehidupan para kaum santri memang mempunyai keberagaman, untuk memahami berbagai permasalahan tentang ke-Islaman, tetapi semua perbedaan harus dirajut dalam bingkai persaudaraan sesama santri, agar dapat menggapai kehidupan yang maslahat disetiap tarikan nafas para kaum santri.

Berpikir positif disetiap perbedaan para kaum santri salah satu jalan pencapaian perdamaian yang hakiki, agar ketenangan dan ketentraman sesama kaum santri dapat tercapai dengan keindahan yang membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan secara kafah.

Semoga Allah SWT memberikan rasa persaudaraan yang tinggi kepada para kaum santri, agar segala perbedaan para kaum santri dapat diselesaikan dengan jalan perdamaian dan penuh ketentraman, Amiin...

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Sepak Terjang Kaum Santri






Sepak terjang kaum santri, baik ditingkat lokal, regional, dan juga Internasional, telah membawa perubahan bagi kaum santri menuju berbagai gerakan aksi dalam membenahi tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Mengingat kerusakan sebuah bangsa dan negara tak lepas dari sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, bahkan degradasi moral telah memasuki berbagai wilayah kekuasan negara. Sehingga yang terjadi dari sebuah degradasi moral, telah menimbulkan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan berbagai  kasus negatif lainnya.

Dengan terjadinya sebuah degradasi moral disegala aspek kehidupan, sudah selayaknya para kaum santri mampu berdiri digarda depan perubahan dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa dan negara, terutama kebobrokan moral para pemegang tampuk kekuasaan. Karena kalau pemimpin bobrok dalam segi moral dipastikan negara akan mengalami kehancuran, maka dengan sangat mendesak, sepak terjang dari berbagai kalangan kaum santri sangat dibutuhkan, untuk terus mengawal sebuah perubahan dari degradasi moral menuju rekonstruksi moral secara totalitas.

Sepak terjang para kaum santri dimulai dari pembenahan dunia pendidikan. Mengingat dunia pendidikan di negeri Indonesia sudah dikuasai budaya asing dan paradigma asing dengan berkedok kemanusiaan, padahal semua itu tak lebih dari sebuah kebohongan atas nama HAM, tetapi HAM yang dibawa berjenis kelamin dari pemahaman westernisasi.

Membedah westernisasi dalam kaca mata kaum santri diperlukan sebuah kecermatan dalam berpikir, apalagi westernisasi sering berwajah kemanusiaan, padahal semua itu tak lepas dari topeng semata, maka kaum santri dituntut, untuk jeli dalam menyikapi sebuah persoalan tentang realita kehidupan didunia pendidikan yang sebagian besar mengadopsi pola paradigma dari bangsa barat.

Selain dunia pendidikan dalam mencapai sebuah hasrat perubahan, agar tercipta sebuah kehidupan yang sehat, maka kaum santri harus menata ulang kebobrokan birokrasi dinegeri Indonesia dengan jalan melakukan berbagai aksi, baik aksi damai maupun dalam bentuk aksi lainnya.

Kebobrokan birokrasi di negeri Indonesia yang tidak melayani masyarakat secara optimal, maka perlu ada sebuah reformasi, bahkan kalau perlu ada sebuah aksi revolusi total, ketika birokrasi pemerintahan yang sudah seharusnya sebagai pelayan masyarakat, namun fakta dilapangan jauh dari harapan masyarakat secara luas, maka tidak ada kata lain, selain perombakan secara totalitas harus dilakukan, agar bangsa Indonesia mampu berbicara lagi  dikancah Internasional.

Kerusakan sendi-sendi bangunan moral yang mengakibatkan krisis kepemimpinan. Berangkat dari sinilah, bahwa waktu yang tepat telah tiba, untuk kaum santri berdiri tegak melakukan berbagai aksi perubahan, bahkan sudah seharusnya kaum santri mampu menjadi pemegang tampuk kepemimpinan, baik ditingkat lokal, regional maupun Internasional.

Dengan adanya sepak terjang dari para kaum santri, untuk pembenahan diberbagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu diharapkan para kaum santri mampu menjadi garda perjuangan dalam memberikan jasa yang terbaik buat agama dan bangsa, semua membutuhkan sebuah proses yang panjang dari generasi-kegenerasi, baik melibatkan kaum santri secara intern maupun ekstern.

Membangun sebuah kekuatan bangsa dan negara diseluruh penjuru Nusantara, sudah dipastikan memerlukan sebuah gagasan paradigma pemikiran dari kalangan kaum santri, agar kelak kaum santri mampu bangkit dari berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya para kaum santri mampu bangkit melakukan pembenahan diri dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, tehnologi, kepemimpinan, dan berbagai aspek lainnya.

Peran serta kaum santri dalam membangun sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, agar kembali  bermartabat dikawasan Asia Tenggara, bahkan diberbagai kawasan belahan bumi lainnya, semua membutuhkan sebuah dedikasi tinggi dari para kaum santri, untuk terus memberikan sebuah perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat secara kafah.

Kaum santri dengan segala sepak terjangnya merupakan sebuah tindakan yang terus berusaha keras, untuk mencari solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat bangsa Indonesia mengalami berbagai krisis, baik krisis moral, krisis ekonomi, dan berbagai krisis lainnya, maka tidak ada kata lain, selain seindah kata sepak terjang kaum santri dalam berjuang menegakkan "amar ma'ruf nahi munkar" disegala penjuru alam Nusantara.

Semoga Allah SWT memberikan daya juang yang gigih kepada para kaum santri, agar kelak para kaum santri mampu berbuat banyak dalam membangun sendi-sendi kehidupan yang sesuai dengan sabda dan fiman, Amiin....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Wednesday, 14 November 2012

Kaum Santri Menggugat






Kaum santri masa dahulu kala dianggap jauh dari tehnologi, bahkan di indetikkan dengan istilah "kaum gaptek", tetapi dengan perkembangan masa yang kian menggeliat, tudingan miring tentang kaum santri dapat ditepis dengan perlahan-lahan atas kemajuan yang diperolehnya.

Kemajuan kaum santri yang diperoleh selama ini, semua tak lepas dari kerja keras pendidikan pesantren, baik ditingkat pelosok desa maupun sampai ujung pusat kota, bahkan sudah mulai terdapat paradigma pemikiran kaum santri saat menghadapi kondisi era globalisasi yang semakin mengglobal.

Masa globalisasi yang semakin mengglobal ditengah-tengah realita kehidupan, membuat kaum santri berusaha membangun karakter dan kepribadian yang tangguh, untuk menghadapi arus zaman yang semakin tak menentu arah. Karena itu dibutuhkan usaha keras kaum santri dalam menghadapi tantangan zaman, untuk mewujudkan sebuah bangunan antara tehnologi dengan keimanan, agar mampu berpadu satu dalam keutuhan.

Membangun kemandirian kaum santri dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, semua dibutuhkan sebuah proses yang berani, untuk menggapai sebuah cita-cita mulia, tentu dengan berusaha keras dalam mewujudkan sebuah keberhasilan kaum santri, untuk menatap masa depan yang lebih meyakinkan.

Dengan menggugat stigma negatif yang dialamatkan kaum santri, bahwa kaum santri merupakan kumpulan manusia yang tak mengerti kondisi kemajuan zaman, maka sudah waktunya kaum santri menggugat stigma yang dialamatkan tersebut, tentu dengan cara berusaha keras melakukan pembelajaran diri dalam menatap masa depan, agar kedepan kaum santri mampu menunjukkan pada dunia, bahwa kaum santri bisa menghadapi arus globalisasi yang semakin dirasakan bagi kehidupan masyarakat.

Kaum santri menggugat merupakan sebuah realita kehidupan yang terus dibangun, agar kedepan kaum santri benar-benar eksis dalam menatap masa depan yang kian berat disegala arah pertarungan, baik pertarungan ilmu pengetahuan maupun pertarungan ilmu spiritual, tentu semua membutuhkan sebuah proses yang panjang, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang menjerat realita kehidupan.

Gerakan kaum santri menggugat sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri. Mengingat kaum santri saat ini, mulai banyak yang terjun dikancah lokal maupun internasional dalam mengepakkan sayap-sayap perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, Sehingga kedepan kaum santri akan mampu menjadi pioneer-pioneer baru dalam memberikan berbagai karya tentang sosial, budaya, tehnologi, politik , dan berbagai karya lainnya, supaya suatu saat dimengerti oleh kelompok yang tak mengerti tentang gerakan kaum santri mengguggat.

Semoga Allah SWT memberi daya pikir yang cerdas, untuk kaum santri disegala penjuru arah angin, agar kaum santri mampu menjadi pioneer-pioneer disegala ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seluruh alam semesta, Amiin....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Saturday, 10 November 2012

Menguak "Perang Sekte" Islam





Ketika melihat darah mengalir dalam memperjuangkan keyakinan terasa indah dalam sebuah bentuk mempertahankan gagasan yang menjadi pegangan hidup, tetapi kalau keyakinan harus menimbulkan korban jiwa, tentu membuat sebuah keprihatinan atas tragedi kemanusiaan.

Setiap agama tak lepas dari sebuah bentuk perang sekte, baik melalui perang damai maupun perang melalui jalur kekerasan. Sungguh memperihatinkan, apabila perang sekte tidak dapat ditempuh dengan jalur musyawarah, untuk mencari sebuah mufakat secara bersama. Karena kalau perang sekte tidak dapat dilalui melalui jalur musyawarah, tentu yang terjadi perang senjata tak dapat dipungkiri ditengah-tengah saling ngotot dalam mempertahankan sebuah keyakinan.

Perbedaan adalah rahmat, baik perbedaan keyakinan maupun perbedaan sekte, tetapi kalau perbedaan keyakinan maupun sekte tak dapat dicari titik terang dalam mengambil sebuah mufakat bersama, untuk menjalin saling menghargai antar satu sama lainnya. Maka berangkat dari sinilah perang sekte dengan menempuh jalur kekerasan tak dapat dihindarkan ditengah-tengah realita kehidupan.

Ironis!, kata kunci menanggapi perang sekte didalam tubuh keyakinan dalam beragama, apabila mengedepankan kekerasan dalam mengambil sebuah sikap maupun keputusan, tentu yang terjadi bentrok antar sekte tak dapat dihindarkan, bahkan harta dan nyawa menjadi pertaruhan dalam perang sekte.

Sejarah mencatat perang sekte dalam tubuh Islam pernah terjadi saat pertarungan tiga sekte dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan. Sehingga yang terjadi tarik ulur dan ingin memenangkan dalam pertarungan keyakinan yang memakan banyak korban, baik nyawa maupun harta tak dapat terhindarkan ditengah-tengah perang sekte.

Perang sekte dalam tubuh agama Islam pernah terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan tiga sekte besar yang ikut andil perang antar sekte, yaitu: Syi'ah, Khawarij, Murji'ah. Sehingga dengan  tiga sekte besar tersebut, telah menimbulkan terjadinya sebuah musibah perang antar sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bahkan membuat dunia ke-Islaman terjebak dalam perang saudara dalam mempertahankan sebuah keyakinan sekte yang dianggap benar didada penganutnya.

Memang perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib merupakan cikal bakal lebih banyak lagi tumbuh-kembangnya berbagai sekte ke-Islaman, untuk mengajarkan sebuah keyakinan didada para penganutnya dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan.

Dari perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dapat diambil hikmah besar, bahwa perang dengan jalan kekerasan bukanlah jalan yang arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah sikap menghadapi sebuah perbedaan, tetapi jalur musyawarah harus dikedepankan, untuk mencari titik terang dalam menghadapi segala perbedaan. 

Konflik antar sekte sudah semestinya diambil dengan jalan musyawarah, tetapi kalau jalan musyawarah mengalami stagnasi. Maka tidak dapat dipungkiri jalan kekerasan dalam menghadapi perbedaan keyakinan didalam tubuh berbagai sekte tidak dapat dihindarkan. Sehingga yang terjadi pertumpahan darah atas nama keyakinan sekte akan terulang dari masa-kemasa, bahkan sampai masa sekarang perang sekte dalam tubuh Islam akan terus terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, kalau dalam menghadapi perbedaan sekte diselesaikan dengan jalur kekerasan.

Menghadapi perbedaan didalam tubuh berbagai sekte keagamaan, sudah seharusnya mengedepankan musyawarah, untuk mencapai kata mufakat, bukan dengan jalan kekerasan dalam mengambil sebuah keputusan, agar tumpah darah dapat terhindarkan seminimal mungkin.

Slogan perbedaan adalah rahmat, apabila kita mampu berpegang teguh pada falsafah "tepa selira", tetapi kalau kita hanya mengandalkan kebebasan semu belaka dalam berpendapat. Maka perbedaan tidak lagi menjadi rahmat, namun perbedaan menjadi sebuah azab yang sangat miris dalam realita kehidupan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah SWT menjadikan perbedaan keyakinan antar umat manusia menjadi indah dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Saturday, 3 November 2012

Mengulas Islam Tradisional





Islam tradisional seiring waktu perkembangan mengalami berbagai polemik, mulai dari yang paling sederhana sampai dari yang paling sulit dicerna, tetapi pada substansinya Islam tradisional terus berupaya menggali berbagai kajian tentang kearifan lokal disuatu daerah, agar terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan antara ajaran Islam dengan realita kehidupan masyarakat setempat.

Mengulas Islam tradisional tak lepas dari permasalahan yang paling sederhana, bahwa masyarakat antar daerah mengalami keberagaman, baik masalah sosial, politik, budaya, pendidikan atau dalam permasalahan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kearifan lokal, untuk dipadukan dengan nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah mutualisme yang saling berkesinambungan antar satu sama lainnya.

Membangun Islam tradisional tak lepas dari dukungan masyarakat setempat, untuk terus melakukan berbagai aktivitas dalam melakukan rekonstruksi disegala aspek kehidupan, agar terjadi sebuah bangunan yang mencerdaskan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Masyarakat pada umumnya menginginkan sebuah kebijakan yang arif dan bijaksana, untuk melakukan berbagai kegiatan, agar terbentuk sebuah bangunan masyarakat yang saling menghargai antar satu sama lainnya.

Saling menghargai dengan berupaya meletakkan falsafah "tepa selira", salah satu jalan pencapaian dalam membangun keseimbangan sosial, agar terwujud sebuah bangunan masyarakat yang rukun, tentram, damai, dan bersahaja, tentu semua tak lepas dari proses diskonstruksi maupun rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal merupakan sebuah realita tatanan masyarakat setempat. Sehingga kearifan lokal sudah semestinya dikawal dalam meletakkan pondasi ditengah-tengah kehidupan, agar terwujud sebuah daerah yang berpegang teguh pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat.

Pada sustansinya kearifan lokal bersandar pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terwujud sebuah masyarakat yang selamat, sehat, bermartabat didunia maupun diakhirat.

Dengan mengulas Islam tradisional ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat tak lepas dari pemahaman masyarakat lokal dalam memberi warna tentang berbagai aspek kehidupan, baik warna tentang budaya, adat istiadat maupun dalam warna diberbagai aspek kehidupan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kerarifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam, untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, sehat sentosa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin mengglobal.

Mengulas Islam tradisional dibutuhkan pemahaman, bahwa Islam tradisional berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terbentuk sebuah masyarakat yang penuh rahmat dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan, apalagi mengulas Islam tradisional tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat Islam tradisional sangat luas cakupannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun realita kehidupan.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kami dijalan kebenaran, Amiin.......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........

Islam Tradisional Dalam Wajah Nusantara






Nusantara terkenal dengan kemakmuran sumber daya alam yang berlimpah begitu besar didasar lautan maupun diberbagai daratan. Sehingga tak heran wilayah Nusantara menjadi incaran dari bangsa asing yang menginginkan, untuk menguasai wilayah Nusantara, agar dapat memperoleh kekayaan sumber daya alam yang berlimpah diwilayah Nusantara.

Wajah Nusantara menampakkan keagungan dalam realita kehidupan, baik dari aspek budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan berbagai aspek lainnya, tetapi sayang, apabila bangsa Nusantara sampai terjerumus dalam lembah hitam perpecahan antar suku, agama, ras, dan antar golongan dalam tatanan kehidupan masyarakat. 

Masa silam bangsa Nusantara pernah tenggelam dalam noda hitam. Mengingat konfliks yang berbau SARA menjadi modal bangsa asing yang menginginkan kehancuran bangsa Nusantara dengan jalan mengadu domba sesama masyarakat Nusantara. Sehingga penjajahan sebelum bangsa Nusantara menjadi bangsa merdeka, bangsa asing tak jarang mengadu domba atas nama yang berbau SARA, tentu dengan tujuan bangsa asing dapat menguasai sumber daya alam yang dimiliki bangsa Nusantara.

Keberadaan kehidupan masyarakat di negeri Nusantara, begitu beragam dalam memberikan makna tentang kehidupan. Mengingat masyarakat Nusantara terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan antar golongan.ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Membangun masyarakat Nusantara tak lepas dari kearifan lokal, dan disertai nilai-nilai ke-Islaman, agar dalam tatanan kehidupan masyarakat terdapat jiwa luhur dalam menerjemahkan beragam kondisi secara tepat sasaran.

Pertikaian antar suku maupun kelompok sosial sudah semestinya dihindarkan. Mengingat pertikaian bukan jalan yang tepat dalam mencari solusi, apabila terdapat masalah yang datang ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, tetapi dengan jalan musyawarah, untuk mencapai mufakat. Inilah yang harus dikedepankan dalam mencari solusi ditengah-tengah realita kehidupan.

Islam tradisional dalam wajah Nusantara, begitu beragam dari satu daerah kedaerah lain. Mengingat kearifan lokal disuatu daerah berbeda dengan daerah lain, tetapi pada substansinya Islam tradisional diberbagai   daerah mempunyai kesamaan, yaitu: bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga Islam tradisional populer dengan istilah berapangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........