Dunia pendidikan merupakan sebagai pintu gerbang terdepan, untuk membangun semangat kemandirian dan juga sebagai bentuk proses mendewasakan diri para anak-anak didik, dengan melalui berbagai upaya pengajaran dan pelatihan, tetapi kalau dunia pendidikan sudah kehilangan hati nurani sebagai pendidik masa depan anak-anak didik, berarti sama dengan sebuah bangsa dan negara sudah kehilangan tongkat dari sifat-sifat yang arif dan bijaksana. Mengingat dunia pendidikan merupakan sebuah usaha dan upaya dari para pendidik dalam melakukan sebuah pengubahan sikap dan tata laku kepada para anak-anak didik.
Keberadaan dunia pendidikan sangat urgen membentuk pola pikir anak didik, untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, tetapi kalau dunia pendidikan sudah kehilangan tongkat nurani, tentu generasi selanjutnya akan mengalami kehancuran dari segi akhlak, dan menuju kehancuran dari segi lainnya. Semua tak lepas dari dunia pendidikan yang mengalami kekacauan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat saat ini.
Membangun dunia pendidikan di segala aspek kehidupan, tidak dapat di tawar-tawar lagi. Karena kalau dunia pendidikan tetap mengalami stagnasi di dalam memberikan sebuah bimbingan kepada anak didik, berarti sama dengan dunia pendidikan telah kehilangan hati nurani yang sangat membahayakan bagi kelangsungan anak-anak didik, untuk menuju ke-jenjang masa depan selanjutnya. Maka tidak ada kata lain, selain dunia pendidikan, untuk terus berupaya membangun dari dalam terlebih dahulu, supaya dunia pendidikan dapat menjadi sebagai suri tauladan bagi para anak-anak didik.
Dunia pendidikan yang jauh dari hati nurani, tak lepas dari sebuah pendidikan yang hanya mengejar keuntungan semata, bahkan lebih cenderung dengan mengedepankan pola kapitalis saat melaksanakan sebuah tatanan pendidikan, tentu pendidikan dengan model seperti ini, sangat mencederai sebuah bangunan pendidikan secara universal.
Pendidikan telah kehilangan hati nurani di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat, ketika di saat ada anak didik yang tidak mampu membayar biaya pendidikan, tetapi pendidikan sebagai lembaga pendidik malah mengeluarkan anak didik dari sebuah sekolah atau sebuah perguruan tinggi. Sehingga secara tidak langsung anak didik yang tidak mampu membayar di dunia pendidikan harus menyandang sebagai pelajar yang putus sekolah, tentu peristiwa ini merupakan sebuah tamparan keras bagi dunia pendidikan sebagai lembaga pendidik yang sudah seharusnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya sebatas mengejar materi semata.
Dengan kejadian ada anak didik yang dikeluarkan dari dunia pendidikan, gara-gara tidak mampu membayar biaya pendidikan, berarti sama dengan pendidikan telah kehilangan hati nurani sebagai tempat mendidik para anak didik.
Permasalahan tentang dunia pendidikan yang sudah kehilangan hati nurani tak dapat dianggap remeh begitu saja, apalagi dianggap enteng di dalam tatanan di dunia pendidikan, tetapi permasalahan dunia pendidikan yang telah mengeluarkan anak didik yang tidak mampu membayar iuran pendidikan, termasuk salah satu sebuah bukti besar, bahwa solusi kebijakan dari dunia pendidikan telah mengarah menuju sebuah pendidikan dengan bentuk kapitalisme.
Kapitalisme pendidikan merupakan sebuah pendidikan yang hanya mengejar keuntungan materi semata, tanpa melihat dari sisi kemanusiaan, seperti: kasus pada anak didik yang dikeluarkan dari sekolah gara-gara tidak dapat membayar biaya pendidikan, padahal pendidikan tidak seharusnya mengejar nilai-nilai keuntungan materi semata, tetapi nilai-nilai kemanusiaan juga harus menjadi perhitungan bagi dunia pendidikan.
Lebih jauh lagi, ada sebuah kasus anak didik yang telat membayar iuran pendidikan, dan ternyata anak didik tersebut, telah di keluarkan dari lembaga dunia pendidikan, berarti model pendidikan dalam bentuk seperti ini, benar-benar telah membangun sebuah tatanan pendidikan dengan mengedepankan dalam bentuk materi semata, tetapi tidak melihat dari sudut pandang nilai-nilai kemanusiaan. Maka melihat dari peristiwa ini, sudah seharusnya pendidikan dengan bentuk sebagai lembaga pendidik, untuk kembali sebagai tempat lembaga pendidik yang berbasis masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya sebatas mengejar keuntungan dari nilai-nilai materi belaka.
Lebih jauh lagi, ada sebuah kasus anak didik yang telat membayar iuran pendidikan, dan ternyata anak didik tersebut, telah di keluarkan dari lembaga dunia pendidikan, berarti model pendidikan dalam bentuk seperti ini, benar-benar telah membangun sebuah tatanan pendidikan dengan mengedepankan dalam bentuk materi semata, tetapi tidak melihat dari sudut pandang nilai-nilai kemanusiaan. Maka melihat dari peristiwa ini, sudah seharusnya pendidikan dengan bentuk sebagai lembaga pendidik, untuk kembali sebagai tempat lembaga pendidik yang berbasis masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya sebatas mengejar keuntungan dari nilai-nilai materi belaka.
Pendidikan telah kehilangan hati nurani di saat ada anak didik yang telat membayar atau ada anak didik yang tidak mampu membayar, tetapi pendidikan sebagai lembaga pendidik, untuk mengajarkan tentang sebuah nilai-nilai kebaikan, malah mengeluarkan anak didik tersebut, berarti dunia pendidikan sama dengan telah terjebak dalam kesesatan materi semata.
Sebenarnya, pendidikan sebagai lembaga pendidik di saat menghadapi kasus dari anak didik yang telat membayar iuran atau kasus dari anak didik yang tidak mampu membayar uang pendidikan. Maka sudah menjadi kewajiban dari dunia pendidikan sebagai lembaga pendidik, untuk mencari solusi yang tepat dengan cara memberikan sebuah tenggang waktu atau bahkan lebih berani memberikan beasiswa kepada anak didik yang tidak mampu membayar di sebuah lembaga pendidikan, tetapi bukan malah langsung mengeluarkan kebijakan tanpa kompromi dari anak-anak didik yang telat membayar iuran atau yang tidak mampu membayar iuran.
Dunia pendidikan sebagai pintu gerbang membangun sebuah moral bangsa, tetapi kalau pendidikan hanya mengedepankan sebuah nilai-nilai keuntungan materi semata, berarti sebuah dunia pendidikan dengan bentuk seperti ini, telah benar-benar kehilangan hati nurani sebagai lembaga pendidik yang diharapkan mampu menjadi pintu gerbang membangun dari segala aspek kehidupan masyarakat luas.
Ketika masyarakat luas dihadapkan dengan dunia pendidikan dengan peristiwa diatas, bahwa di saat ada sejumlah anak didik yang telat membayar iuran maupun ada sejumlah anak didik yang tidak mampu membayar pendidikan, tetapi pendidikan sebagai lembaga pendidik malah mengeluarkan anak didik tanpa di sertai kebijakan yang arif dan bijaksana, berarti model pendidikan seperti ini, dapat dikatakan sebuah tatanan pendidikan dengan istilah: "pendidikan sesat". Karena pendidikan dengan mengambil sebuah tatanan kebijakan seperti ini, berarti sama dengan tatanan pendidikan yang tidak punya hati nurani, tetapi tatanan pendidikan yang lebih mengedepankan dalam bentuk materi semata.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada para anak didik, untuk terus belajar menuju lebih baik, supaya kedepan mampu membenahi dunia pendidikan yang sudah kehilangan segumpal hati nurani, Amin.....